Fenomena Throning dalam Dunia Kencan 2024: Meningkatnya Pencarian Status Sosial di Kalangan Gen Z
ilustrasi-JACLOU-DL-
Fenomena Throning dalam Dunia Kencan 2024: Meningkatnya Pencarian Status Sosial di Kalangan Gen Z
Throning Artinya Apa? Tren Pacaran Ala Gen Z yang Viral di Tahun 2024
Tahun 2024 membawa beragam tren baru yang menarik perhatian publik, termasuk di dunia kencan. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi sorotan adalah munculnya istilah throning. Tren ini tidak hanya menggemparkan dunia maya, tetapi juga mencuri perhatian para ahli hubungan sosial. Menurut laporan terbaru dari Google mengenai tren pencarian terbesar tahun 2024, throning menjadi salah satu kata kunci yang paling banyak dicari, khususnya di kalangan generasi Z.
Apa Itu "Throning"? Definisi dan Maknanya
Secara sederhana, throning dapat didefinisikan sebagai perilaku dalam dunia kencan di mana seseorang mencari pasangan yang memiliki status sosial lebih tinggi atau pengaruh yang besar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan citra diri mereka sendiri melalui hubungan tersebut. Dalam hal ini, istilah throne merujuk pada kedudukan atau kekuasaan yang dimiliki oleh individu yang lebih berpengaruh, yang seringkali menjadi sasaran dalam fenomena ini.
Konsep ini tentu berbeda dengan cara pandang tradisional dalam mencari pasangan. Jika dulu, istilah seperti gold digger atau matre merujuk pada hubungan yang didorong oleh motif finansial, kini throning mengusung motif yang lebih kompleks, yakni pencarian akan kekuasaan, popularitas, dan pengaruh sosial yang lebih luas. Sebagai contoh, seseorang tidak hanya mencari pasangan karena kaya atau berduit, tetapi lebih karena pasangan tersebut memiliki status atau posisi yang bisa meningkatkan citra sosial mereka.
Dampak Psikologis dan Sosial dari "Throning"
Fenomena throning tidak hanya berdampak pada dinamika hubungan, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental individu yang terlibat. Psikolog Divyanshi Prabhakar, yang dikutip oleh NDTV Profit, mengungkapkan bahwa throning sering kali berakar pada masalah harga diri dan kebutuhan akan validasi sosial. Menurutnya, banyak orang merasa lebih dihargai dan bernilai ketika mereka terhubung dengan individu yang dianggap lebih "berkelas" atau "berkuasa" dalam masyarakat.
"Fenomena ini mencerminkan hasrat individu untuk merasa lebih berharga, seringkali dengan cara yang eksternal seperti hubungan dengan orang yang memiliki status tinggi," kata Divyanshi. Hal ini menunjukkan bahwa banyak individu yang terjebak dalam lingkaran mencari validasi melalui status sosial pasangan mereka, bukannya mencari hubungan yang lebih sehat dan tulus.