Mengulas Tradisi Upacara Tingkeban untuk Ibu Hamil: Makna dan Prosesnya
ilustrasi-katya-guseva0 katya-guseva0-
Ritual Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an
Salah satu komponen penting dalam upacara Tingkeban adalah pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Ayat yang biasa dibacakan adalah Surat Yusuf, Surat Lukman, dan Surat Maryam. Pembacaan ayat-ayat ini dipercaya dapat memberikan berkah serta perlindungan bagi ibu dan calon bayi. Selain itu, pembacaan Al-Qur’an ini juga menciptakan suasana yang penuh kedamaian dan harapan, seiring dengan perjalanan sang ibu dalam menanti kelahiran buah hati.
Pemandian Ibu Hamil: Simbol Pembersihan dan Doa
Puncak dari upacara Tingkeban adalah ritual pemandian ibu hamil. Pemandian ini biasanya dilakukan oleh tujuh anggota keluarga terdekat, yang masing-masing bergantian membasuh ibu hamil. Proses ini dipimpin oleh seorang paraji atau ahli dalam merawat tubuh dengan ramuan tradisional. Dalam tradisi Sunda, angka tujuh dianggap sebagai angka yang sakral, sehingga tujuh lembar kain batik digunakan dalam proses pemandian, yang masing-masing dipakai bergantian pada setiap siraman.
Selain itu, air bunga tujuh rupa juga digunakan dalam pemandian ini. Air bunga ini diyakini dapat membersihkan serta memberikan energi positif untuk ibu dan bayi dalam kandungannya. Ritual pemandian ini juga memiliki makna simbolis sebagai proses pembersihan, baik secara fisik maupun spiritual, menjelang kelahiran.
Belut dan Kelapa Gading: Simbol Harapan Kelancaran Persalinan
Pada saat siraman ketujuh, ada simbol penting yang tidak boleh terlewatkan, yaitu penempatan belut di atas perut ibu hamil. Belut yang licin ini melambangkan harapan agar proses kelahiran nanti berjalan lancar dan tidak mengalami kesulitan, seperti halnya licinnya tubuh belut yang mudah bergerak.
Pada saat yang bersamaan, suami dari ibu hamil akan membelah kelapa gading yang sudah digambari dengan tokoh wayang. Kelapa gading, yang memiliki kulit indah dan air yang jernih serta manis, melambangkan harapan agar anak yang lahir kelak menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. Simbol ini juga menggambarkan kebersihan dan kesucian yang diharapkan menyertai perjalanan hidup sang anak.
Ritual Rujak Kanistren dan Pembagian Berkah
Setelah proses pemandian, upacara Tingkeban berlanjut dengan ritual rujak kanistren. Rujak ini terdiri dari tujuh jenis buah yang memiliki makna tersendiri dalam budaya Sunda. Dalam tradisi ini, ibu hamil menjual rujak tersebut kepada anak-anak dan tamu yang hadir dalam upacara dengan menggunakan "talawengkar", yaitu koin yang terbuat dari genteng berbentuk bundar.