Siapa Istri dan Anak Tom Lembong? Mantan Mendag yang jadi Tersangka Korupsi Impor Gula, Benarkah Bukan Orang Sembarangan?
Tom lembong-Instagram-
Abdul Qohar menyebutkan bahwa pihaknya telah mengumpulkan sejumlah bukti yang menunjukkan keterlibatan Thomas Lembong dalam kasus korupsi. Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa salah satu tersangka adalah mantan Menteri Perdagangan yang menjabat pada periode 2015-2016, yang diyakini mengarah kepada Thomas Lembong. Di media sosial, banyak netizen yang memberikan tanggapan terhadap kabar ini.
Unggahan TikTok yang mengumumkan status tersangka ini menarik perhatian warganet, dengan banyak yang memberikan komentar. Beberapa pengguna memberikan pandangan kritis terhadap sosok Thomas, seperti “Ngerti kan sekarang kenapa dia vokal banget nolak hilirisasi,” tulis pengguna @Dhea. Ada pula komentar yang berspekulasi tentang situasi politik di balik kasus ini, “Jangan ada yang bilang pasti dijegal,” tulis @hilyanana. Sebagian warganet bahkan mempertanyakan kembali dukungan terhadap mantan Menteri Perdagangan ini, “Hayo siapa yang kemarin mengidolakan Tom Lembong?” ujar @Aleshaputri.
Makin banyak yang penasaran dengan siapa sebenarnya Thomas Lembong dan bagaimana perjalanan kariernya hingga menjadi sosok yang cukup dikenal. Berikut ini, mari kita lihat lebih dekat profil dan perjalanan hidup Thomas Lembong.
Profil Singkat Thomas Lembong
Thomas Trikasih Lembong, yang lahir pada 4 Maret 1971, memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman profesional yang solid, yang membawanya hingga ke posisi strategis dalam pemerintahan. Sebelum menjadi Menteri Perdagangan pada tahun 2015-2016, ia juga menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada periode 2016-2019. Di BKPM, Lembong berperan dalam mengarahkan kebijakan investasi nasional, membawa pendekatan yang dikenal progresif dan inovatif.
Lembong dikenal sebagai figur independen yang tidak terafiliasi dengan partai politik mana pun. Ia banyak dipandang sebagai profesional yang lebih menitikberatkan pada pendekatan teknokratis dalam kebijakan ekonomi. Hal ini membuatnya menonjol sebagai pejabat yang lebih mengutamakan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi dibandingkan kepentingan politik.