Mantan Presiden Peru, Alberto Fujimori Meninggal karena Kanker

Mantan Presiden Peru, Alberto Fujimori Meninggal karena Kanker

Alberto Fujimori--

Sepanjang 10 tahun kepemimpinannya, sejumlah skandal korupsi merusak citra publiknya. Pada tahun 2000, setelah memanipulasi konstitusi untuk mencalonkan diri lagi, sebuah video yang memperlihatkan penasihat utamanya, Vladimiro Montesinos, menyuap politisi, membuat Fujimori terpaksa melarikan diri ke Jepang. Ia mengundurkan diri dari kursi presiden melalui faks dari Tokyo.

Pada 2005, Fujimori secara mengejutkan kembali ke Amerika Selatan, berharap dapat memperoleh pengampunan.

Namun, ia ditangkap di Chili dan diekstradisi ke Peru pada 2007. Dua tahun kemudian, ia divonis bersalah dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan keterlibatannya dalam pembentukan regu pembunuh.

Setelah beberapa kali menjalani perawatan di rumah sakit akibat berbagai masalah kesehatan, termasuk hipertensi, tukak lambung, dan kanker lidah, Fujimori akhirnya dibebaskan pada 2023 setelah pengadilan mengembalikan pengampunan yang sempat dibatalkan.

Pada Mei 2024, ia mengumumkan bahwa dirinya menderita tumor ganas, dan kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia.




×

Putrinya, Keiko Fujimori, yang juga seorang politisi, adalah pendukung utama warisan politik sang ayah dan telah beberapa kali hampir memenangkan pemilihan presiden di Peru.

Alberto Fujimori lahir di Lima pada 28 Juli 1938. Sebagai seorang ilmuwan pertanian, ia tidak dianggap penting dalam kancah politik sebelum memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Fujimori memenangkan pemilihan tahun 1990, mengalahkan penulis terkenal Mario Vargas Llosa, dengan dukungan kuat dari kalangan kiri dan kelompok-kelompok minoritas di Peru. Meski ia berjanji untuk tidak mengambil langkah drastis terkait inflasi, ia kemudian memperkenalkan kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai "kejutan Fuji", yang pada akhirnya berhasil menstabilkan perekonomian negara.

Selama masa jabatan keduanya, Fujimori kembali menunjukkan keberaniannya, terutama saat ia memerintahkan serangan mendadak untuk menyelamatkan sandera dari kelompok pemberontak Tupac Amaru di kediaman duta besar Jepang pada 1997.

Fujimori meninggalkan jejak yang kuat dalam sejarah Peru, meski kontroversi selalu menyertainya hingga akhir hayatnya.

TAG:
Sumber:

Berita Lainnya