Perusahaan Percetakan di Tangerang Selatan Diduga Lakukan Parktik Eksploitasi, Dari Penahanan Ijazah Hingga Proses Rekrutmen yang Melelahkan
pabrik-Tama66/pixabay-
Karyawan yang bersangkutan, yang bekerja sebagai Chief Graphic Officer (CGO), mengungkapkan sejumlah masalah serius yang dialaminya selama bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai etika dan perlakuan terhadap tenaga kerja di sektor ini.
Pengalaman Pahit Karyawan: Kenyataan di Balik Pintu Kantor
Menurut laporan dari akun X @apocliosswit, karyawan tersebut memutuskan untuk berbagi pengalaman setelah mengalami berbagai ketidakadilan selama bekerja di perusahaan percetakan tersebut. Karyawan itu menjelaskan, "Gua berani spill karena based on experience jadi ga usah embel-embel UU ITE atau semacamnya," menegaskan bahwa cerita yang dibagikannya adalah hasil pengalaman pribadi, bukan sekadar rumor.
Beberapa poin penting mengenai dugaan praktik eksploitasi di perusahaan ini adalah sebagai berikut:
Penahanan Ijazah: Langkah Awal yang Meragukan
Perusahaan diduga menahan ijazah para karyawan sebagai syarat untuk bekerja. Alasan yang diberikan adalah untuk keamanan dan komitmen, namun praktik ini menimbulkan keraguan tentang niat sebenarnya di balik kebijakan tersebut. Penahanan ijazah dapat menjadi bentuk kontrol yang berlebihan dan merugikan karyawan, terutama dalam hal mobilitas pekerjaan di masa depan.
Proses Rekrutmen yang Melelahkan
Proses rekrutmen di perusahaan ini dikritik karena dianggap tidak menghargai waktu calon karyawan. Rekrutmen yang panjang dan melelahkan tidak hanya menguras tenaga tetapi juga waktu, membuat calon karyawan merasa tidak dihargai.
Jam Kerja Overtime Tanpa Bayaran
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi karyawan adalah jam kerja lembur yang tidak dibayar. Hal ini jelas bertentangan dengan hak-hak dasar pekerja dan menunjukkan ketidakadilan dalam perlakuan terhadap tenaga kerja.
Janji Manis yang Tidak Terpenuhi
Perusahaan dikabarkan sering kali memberikan janji-janji yang tidak pernah dipenuhi. Janji-janji ini, yang awalnya tampak menjanjikan, pada akhirnya hanya menjadi angin surga bagi karyawan.