Benarkah Gunung Madyopuro di Film 'Sekawan Limo' Fiktif? Ternyata Diambil Dari Nama Wilayah di Masa Kecil Bayu Skak
Sekawan limo-Instagram-
Beni dengan gaya bicaranya yang santai menambahkan, "Maksudnya kalau ditawarkan ke orang lain kan, nggak aku terima, kan misalnya Reza Rahadian 'Nih, ada peran ini', masak yang nerima aku, kan aku jadi ngambil job orang," ucapnya sambil tertawa, membuat suasana wawancara menjadi penuh canda tawa.
Sementara itu, Bayu Skak, sutradara dari film "Sekawan Limo", juga berbagi cerita menarik di kanal YouTube Cinema 21. Ia mengungkapkan bahwa proses syuting film tersebut tidak dilakukan di gunung asli. "Sebelum mau syuting ada yang namanya scouting lokasi ya, jadi tim lokasi berangkat dulu ke gunung A,B,C,D,E gitu, terus mereka balik dengan membawa info-info tentang mitos di gunung tersebut, dan larangannya apa," jelas Bayu.
Film "Sekawan Limo" yang bergenre horor komedi ini mengisahkan petualangan lima orang yang mendaki Gunung Madyopuro. Namun, Bayu memilih untuk tidak melakukan syuting di gunung asli karena berbagai pertimbangan, termasuk mitos dan kepercayaan yang ada di lokasi tersebut. Ia dan timnya akhirnya memutuskan untuk menggunakan gunung fiktif.
"Pakai gunung fiktif, namanya Gunung Madyopuro, ini nggak ada, nama Madyopuro pun ini aku ambil dari nama wilayah di kotaku, Malang," ujar Bayu. Ia menjelaskan bahwa nama tersebut diambil dari sebuah wilayah di Malang yang akrab baginya.
Proses syuting film ini dilakukan di dua tempat, yakni Trenggalek dan Tulungagung, di bukit dengan ketinggian 1000 mdpl. "Syutingnya ada di 2 tempat, di Trenggalek sama di Tulungagung, di bukit yang tingginya 1000 mdpl, lumayan sih," tambah Bayu.