Penyebab Selat Muria Menghilang dan Berubah Jadi Dataran, Benarkah Akan Terancam Kembali?
Bukti kehidupan sibuk di sepanjang selat ini terdapat dalam penemuan fosil hewan laut di Situs Purbakala Patiayam, Kudus, yang menandakan aktivitas perdagangan dan kehidupan maritim yang bersemangat.
Kota Demak pun pernah menjadi pusat pelabuhan yang ramai di tepi Selat Muria, mencerminkan pentingnya jalur perdagangan ini dalam sejarah Jawa.
Meskipun begitu, konflik politik dan faktor-faktor lainnya telah menyebabkan pergeseran aktivitas perdagangan ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sedimentasi dan pendangkalan yang terus menerus telah mengubah wajah Selat Muria secara perlahan, menjadikannya daratan yang subur dan produktif hingga saat ini. Proses alami ini menandai evolusi geografis wilayah ini dari masa ke masa.
Penyebab Menghilangnya Selat Muria
Menurut catatan sejarah dari Universitas Diponegoro (Undip), Selat Muria telah mengalami pendangkalan yang signifikan sejak abad ke-17, yang mengakibatkan kapal-kapal tidak dapat lagi melintasinya dengan leluasa.
Meskipun demikian, pada musim hujan, perahu-perahu kecil masih mampu menavigasi Selat Muria dari Demak hingga Juwana.
Pada tahun 1996, seorang peneliti bernama Lombard mengungkapkan bahwa sebagian air laut dari Selat Muria masih bertahan hingga saat ini, terperangkap di dataran Jawa dan dikenal sebagai Bledug Kuwu.
Keberadaan Selat Muria yang semakin dangkal konon menjadi pukulan bagi kejayaan Kerajaan Demak di masa lalu. Fenomena pendangkalan tersebut telah mengubah wilayah Demak yang dahulu berlokasi di tepi Selat Muria menjadi sebuah kota yang dikelilingi oleh daratan.
Dalam konteks saat ini, kekhawatiran masyarakat semakin bertambah setelah terjadinya banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Demak dan Kudus. Mereka khawatir bahwa pendangkalan Selat Muria dapat berpotensi membentuk kembali selat tersebut.
***